Pendahuluan
Pariwisata merupakan salah satu sektor yang saling berkaitan dengan sektor lainnya. Pemeliharaan dan pengembangan sektor pariwisata ini akan juga mempengaruhi sektor kuliner, perdagangan maupun barang dan jasa. Pariwisata juga memberikan sumber pemasukan utama terhadap daerah dan dapat menciptakan lapangan-lapangan kerja baru untuk menopang pertumbuhan ekonomi secara berkala hingga memberikan rangsangan terhadap sektor-sektor produktif lainnya.
Kota Semarang merupakan Ibu Kota Provinsi Jawa Tengah yang memiliki luas wilayah sebesar 373,70 km2. Berdasarkan demografi dan sejarahnya, Kota Semarang dengan wilayah yang cukup besar ini memiliki beragam karakter dalam sektor pariwisata. Beberapa sektor pariwisata yang dapat ditemui di Kota Semarang adalah wisata sejarah dan kuliner. Salah satu hal yang menarik perhatian adalah munculnya coffeeshop atau warung kopi di setiap sudut kota, terutama di tempat-tempat yang berdekatan dengan wisata itu sendiri. Secara produkti, hal tersebut memberikan rangsangan terhadap lahirnya beberapa kedai kopi baru di sepanjang jalan. Kedai kopi sendiri saat ini sedang kental dengan menjual ruang hingga hospitality yang menjadikan salah satu sektor tujuan oleh beberapa wisatawan yang ingin merasakan karakter dari kedai kopi di Kota Semarang.
Dasar demografi dan sejarah yang beragam ini memberikan dampak perkembangan industri dan potensi-potensi pariwisata di Kota Semarang. Melalui perkembangan inilah saat ini pun predikat Kota Semarang sebagai Kota Transit mulai berubah menjadi Kota Singgah. Salah satu permasalahan di Kota Semarang adalah keterbatasan fasilitas penunjang wisatawan yang ingin mengunjungi objek wisata namun memiliki keterbatasan dalam fasilitas penunjang ataupun tempat untuk berteduh. Salah satu pengembangan dari teknologi geospasial adalah dapat melakukan analisis berbasis lokasi untuk melihat keberadaan coffee shop di sekitar titik-titik wisata di Kota Semarang, sehingga wisatawan dapat memiliki pilihan mobilitas yang tepat pada satu objek wisata. Project ini bertujuan untuk menganalisis persebaran coffee shop di sekitar titik wisata Kota Semarang bagian tengah menggunakan teknologi geospasial sebagai tools utama.
Tujuan
Tujuan dari project ini, yaitu:
-
1.Mengidentifikasi keterjangkauan antar objek wisata di BWK I Kota Semarang.
-
2.Mengidentifikasi keterjangkauan antara objek wisata dengan coffeeshop.
-
3.Memberikan saran/rekomendasi coffeeshop yang optimal dengan mempertimbangkan jarak dan waktu tempuh efisien.
-
4.Memberikan gambaran lokasi yang membutuhkan fasilitas penunjang pariwisata di BWK I Kota Semarang.
Data
Project ini menggunakan data spasial berbasis POI (Point) coffeeshop di sekitar pusat Kota Semarang yang dibuat melalui GeoMAPID. Data yang diambil menggunakan sample beberapa tempat wisata dan coffeeshop di sekitar pusat Kota Semarang. Adapun beberapa tahapan yang dilakukan pada project ini, meliputi:
-
1.Akuisisi Data: Data objek wisata dan titik lokasi coffeeshop diperoleh melalui rekomendasi dari Google Maps dan saran dari beberapa artikel. Data tersebut kemudian dibuat menjadi bentuk Point Shapefile untuk memberikan visualisasi spasial.
-
2.Pengolahan Data: Data akan dilakukan pengolahan dengan menggunakan tools Isochrone dengan skema berjalan maupun berkendara, analisis buffer untuk memperoleh radius dan network analysis untuk memperolah hasil alur jalan terdekat.
-
3.Analisis Spasial: Hasil dari pengolahan akan dilakukan analisis berbasis data dan visual untuk melihat hubungan terhadap keterjangkauan objek wisata dengan coffeeshop di sekitarnya. Analisis akan dibatasi dengan menggunakan beberapa Objek Wisata di wilayah BWK I Kota Semarang sebagai POI utama.
-
4.Visualisasi Data: Hasil dari pengolahan dan analisis spasial ini akan ditampilkan dalam bentuk project dan skema yang digunakan akan dilampirkan pada publikasi GeoMAPID.
Analisis dan Pembahasan
Visualisasi Data

BWK I Kota Semarang merupakan kawasan yang berada di pusat kota, pengambilan data di wilayah ini menghasilkan POI dengan jumlah 9 titik objek wisata dan 36 titik kedai kopi yang tersebar di sekitar wilayah BWK I Kota Semarang. Melalui visualisasi itu sendiri dapat dilihat bahwa wilayah Kecamatan Semarang Tengah dan Kecamatan Semarang Selatan memiliki banyak titik objek wisata maupun titik kedai kopi daripada di wilayah Kecamatan Semarang Timur. Hal ini dikarenakan wilayah Kecamatan Semarang Timur lebih banyak dimanfaatkan sebagai wilayah pemukiman, perdagangan, serta barang dan jasa.
Hasil Network Analysis


Network analysis memberikan hasil rute dengan mempertimbangkan jarak antara satu titik wisata dengan titik wisata lainnya. Selain itu, network analysis memberikan opsi untuk mendapatkan rute terbaik yang dapat dihasilkan berdasarkan data ruas jalan yang sudah tersedia. Pada hasil Network Analysis ini kita dapat mengamati bahwa rute-rute menuju titik objek wisata merupakan jalan utama dan jalan sekunder. Hasil ini memberikan gambaran bahwa jalan yang dipilih dapat dilewati oleh kendaraan umum, kendaraan pribadi, sepeda, maupun berjalan kaki. Sedangkan untuk rute yang didapatkan dari titik kedai kopi sendiri memiliki perbedaan berupa rute jalan yang dihasilkan beberapa tidak bisa dilewati oleh kendaraan umum.
Hasil Buffer

Hasil dari buffer tools akan memberikan gambaran berupa radius dengan nilai tertentu. Dalam proyek ini, digunakan jarak sebesar 250 m, 500 m, dan 1000 m dengan mempertimbangkan jarak ramah pejalan kaki atau tidak terlalu bergantung pada kendaraan umum maupun kendaraan pribadi.
Keterjangkauan Objek Wisata BWK I Kota Semarang

Berdasarkan analisis isochrone, didapatkan hasil bahwa objek wisata di kawasan BWK I Kota Semarang tidak efektif apabila dijangkau hanya dengan moda berjalan kaki. Hasil isochrone menunjukkan bahwa idealnya untuk mobilitas dari titik Lapangan Pancasila dapat menggunakan moda sepeda dan juga kendaraan umum ataupun pribadi. Moda berjalan kaki hanya dapat menjangkau Taman Indonesia Kaya sebagai objek wisata terdekat, sedangkan menggunakan moda transportasi sepeda dan berkendara dapat menjangkau seluruh objek wisata di kawasan BWK I Kota Semarang dengan estimasi waktu kurang lebih 10 menit dari Lapangan Pancasila sebagai titik mulai.
Keterjangkauan Lokasi Coffeeshop Sekitar Objek Wisata BWK I Kota Semarang

Analisis isochrone selanjutnya menggunakan skema bahwa setidaknya wisatawan dapat menjangkau titik kedai kopi di sekitar wilayah pariwisata bermoda berjalan kaki dengan waktu 5-10 menit dari titik pariwisata. Hasil isochrone menunjukkan bahwa titik wisata dengan jumlah kedai kopi terbanyak di sekitar lokasi wisata terdapat pada Kota Lama Heritage dan Lapangan Pancasila. Mempertimbangkan waktu tempuh 5-10 menit, lokasi wisata Tugu Muda dapat menjangkau 3 kedai, Kota Lama Heritage dapat menjangkau 10 kedai, Lapangan Pancasila dapat menjangkau 16 kedai, dan Taman Air Banjir Kanal Timur dapat menjangkau 4 kedai kopi dengan bermodalkan jalan kaki selama 5-10 menit.
Rekomendasi Coffeeshop Dekat Dengan Objek Wisata

Hasil dari buffer tools sebelumnya dapat digunakan sebagai gambaran jarak terdekat hingga terjauh antara titik wisata dengan lokasi kedai di sekitarnya. Mempertimbangkan jarak ramah pejalan kaki, didapatkan ada sekitar 9 lokasi kedai yang dekat dengan titik wisata. Lokasi tersebut berada pada jarak 0-250 meter di sekitar titik wisata, sehingga dapat dengan mudah dijangkau wisatawan.
Titik Optimalisasi Fasilitas Penunjang Wisata di BWK I Kota Semarang

Insight merupakan tools yang dikembangkan oleh MAPID, insight sendiri memberikan gambaran terhadap data demografi atau data statistik lain dan juga data spasial yang dimiliki oleh MAPID. Tools insight dapat menghasilkan wilayah berupa grid yang nantinya dapat diberi formula keterkaitan antara statistik demografi dengan data spasial fasilitas penunjang wisata.
Proyek ini menggunakan kepadatan penduduk dan luas wilayah sebagai data statistik yang digunakan, sedangkan untuk data spasial fasilitas penunjang wisata menggunakan ketersediaan POI dari Fasilitas Transportasi ( Halte/Posko Kendaraan Umum, SPBU) dan Fasilitas Ekonomi (Bank/ATM/Minimarket/Toko). Hasil yang didapatkan kemudian terkelaskan menjadi Sangat Sesuai, Sesuai, Cukup Sesuai, Tidak Sesuai dan Sangat Tidak Sesuai. Kelas yang digunakan dalam analisis ini adalah nilai kelas Tidak Sesuai dan Sangat Tidak Sesuai, dimana kita mendapatkan area atau wilayah yang memiliki tingkat kesesuaian fasilitas penunjang yang rendah. Area ataupun wilayah dengan kelas Tidak Sesuai ataupun Sangat Tidak Sesuai ini kemudian digunakan sebagai gambaran lokasi yang sebaiknya diberikan fasilitas-fasilitas penunjang pariwisata dengan konsentrasi di sekitar area pariwisata itu sendiri.
Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari final project ini, yaitu:
-
1.Wilayah BWK I Kota Semarang memiliki 9 titik pariwisata yang dapat dijangkau dengan moda jalan kaki hingga berkendara. Melalui analisis isochrone yang dilakukan dengan menggunakan Lapangan Pancasila sebagai titik utama, menghasilkan . Berjalan kaki untuk menjangkau titik pariwisata di BWK I Kota Semarang sendiri merupakan pilihan yang kurang efektif, dikarenakan jarak antar lokasi wisata yang cukup jauh memberikan opsi terbaik untuk menjangkau lokasi pariwisat dengan menggunakan moda transportasi umum, berkendara ataupun bersepeda.
-
2.Analisis isochrone pada beberapa titik pariwisata memberikan gambaran keterjangkauan terhadap titik kedai kopi di sekitar wilayah pariwisata bermoda berjalan kaki dengan waktu 5-10 menit dari titik pariwisata. Hasil isochrone menunjukkan bahwa titik wisata dengan jumlah kedai kopi terbanyak di sekitar lokasi wisata terdapat pada Kota Lama Heritage dan Lapangan Pancasila. Mempertimbangkan waktu tempuh 5-10 menit, lokasi wisata Tugu Muda dapat menjangkau 3 kedai, Kota Lama Heritage dapat menjangkau 10 kedai, Lapangan Pancasila dapat menjangkau 16 kedai, dan Taman Air Banjir Kanal Timur dapat menjangkau 4 kedai kopi dengan bermodalkan jalan kaki selama 5-10 menit.
-
3.Saran ataupun rekomendasi dari analisis yang dilakukan memberikan rekomendasi kedai-kedai terdekat pada jarak 0-250 meter dari titik pariwisata. Dengan mempertimbangkan jarak ramah pejalan kaki, didapatkan ada sekitar 9 lokasi kedai yang dekat dengan titik wisata.
-
4.Melalui hasil analisis Insight, area ataupun wilayah dengan kelas Tidak Sesuai ataupun Sangat Tidak Sesuai banyak terdapat pada wilayah Kecamatan Semarang Tengah dan Kecamatan Semarang Timur. Insight memberikan gambaran lokasi yang sebaiknya diberikan fasilitas-fasilitas penunjang pariwisata dengan konsentrasi di sekitar area pariwisata
Saran
Beberapa saran yang dapat diberikan dari project ini adalah:
-
1.Final project ini hanya memberikan analisis visual titik pariwisata di wilayah BWK I Kota Semarang. Oleh sebab itu, perlu dilakukan analisis lebih lanjut secara spesifik guna menunjang analisis menjadi lebih baik.
-
2.Pengembangan infrastruktur ataupun fasilitas penunjang pariwisata di BWK I Kota Semarang dapat dilakukan formulasi ulang dengan mempertimbangkan fasilitas-fasilitas penunjang yang lebih kompleks.
-
3.Penulis belum menggunakan indikator atau sarana dan pra-sarana yang berkaitan dengan fasilitas penunjang pariwisata, sehingga perlu pengkajian lebih lanjut terhadap hal-hal yang berkaitan dengan sektor pariwisata.
DAFTAR PUSTAKA
Sumastuti, Efriyani (2021)