Latar Belakang
Kota Semarang merupakan Ibukota Provinsi Jawa Tengah dan salah satu kota metropolitan terbesar di Indonesia, baik dari jumlah penduduk maupun luas wilayah. Sebagai ibukota dari Provinsi Jawa Tengah, Kota Semarang terus berkembang dari tahun ke tahun karena menjadi pusat berbagai kegiatan yang menunjang pembangunan dari berbagai macam sektor, mulai dari sektor pemerintahan, perekonomian, perindustrian dan perdagangan (Al Javier et al., 2023). Kota Semarang mengalami pertumbuhan penduduk dan perkembangan kota pada beberapa tahun terakhir. Pertumbuhan penduduk Kota Semarang mengalami peningkatan 0,66% setiap tahunnya. Tercatat jumlah penduduk pada tahun 2016 sebesar 1.602.717 jiwa dan pada tahun 2021 sebesar 1.656.564 jiwa (BPS, 2021). Pertumbuhan ini menyebabkan peningkatan kebutuhan lahan untuk tempat tinggal dan aktivitas lainnya. Selain itu, kegiatan aktivitas masyarakat dan kesejahteraan juga meningkat, tetapi akan berdampak pada berkurangnya lahan pertanian dan ruang terbuka yang berubah menjadi lahan permukiman (Puspitasari dan Pradoto, 2013).
Perubahan penggunaan lahan adalah fenomena yang tak bisa dihindari sejalan dengan perkembangan wilayah dan meningkatnya aktivitas manusia. Perubahan ini bisa berupa alih fungsi lahan dari hutan menjadi lahan pertanian, dari lahan pertanian menjadi pemukiman, atau perubahan lain yang dipengaruhi oleh kebutuhan sosial, ekonomi, dan kebijakan pemerintah. Aktivitas manusia yang bergantung pada lahan seringkali mengubah bentang lahan dalam suatu wilayah DAS dan mempengaruhi hasil air. Perubahan luas tutupan lahan dapat mempengaruhi jumlah ketersediaan air (Erlangga, 2013). Dengan alih fungsi lahan menjadi lahan terbangun dan peningkatan kebutuhan akan air baku, informasi tentang aliran permukaan air pada musim hujan dan kemarau perlu dianalisis. Salah satu upaya yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan sumber air baku perkotaan dengan memanfaatkan potensi air hujan. Informasi ini akan menjadi dasar dalam perencanaan sumberdaya air di Kota Semarang di masa mendatang dan menjadi dasar untuk merumuskan kebijakan pengelolaan lahan yang berkelanjutan dan berbasis data.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi perubahan tutupan lahan dan curah hujan yang terjadi pada waktu 2017 – 2022 yang terjadi di Kota Semarang dengan menggunakan bantuan dari Sistem Informasi Geografis (SIG).
Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode klasifikasi terbimbing (supervised classification), yang merupakan teknik analisis data spasial yang umum digunakan dalam pengolahan data penginderaan jauh. Metode ini bertujuan untuk mengklasifikasikan piksel-piksel citra ke dalam kelas-kelas tertentu berdasarkan karakteristik spektral yang dimiliki. Pada tahap awal melakukan klasifikasi citra dengan metode supervised, terlebih dahulu dilakukan digitasi training area untuk mengelompokan piksel-piksel yang berwarna sama. Klasifikasi supervised dilakukan dengan menggunakan metode Maximum Likelihood Classification (MLC) (Dimara et al., 2023). Setelah proses klasifikasi selesai, hasilnya divalidasi dengan membandingkan hasil klasifikasi dengan data referensi atau data lapangan menggunakan metrik seperti matriks kebingungan (confusion matrix) untuk menilai akurasi. Metode klasifikasi terbimbing ini sangat berguna untuk memetakan dan memantau perubahan penggunaan lahan secara detail dan akurat.
Hasil dan Pembahasan
Hasil
Penutupan lahan terdiri dari dua data penutupan lahan, yaitu penutupan lahan pada tahun 2017 dan 2022. Kedua data tersebut digunakan untuk melihat peningkatan atau penurunan aliran permukaan air.
Perubahan Tutupan Lahan di Kota Semarang Tahun 2017

Penutupan lahan diperoleh dari hasil analisis Interpretasi Citra dapat dilihat pada gambar di atas. Terdapat 6 jenis penutupan lahan pada tahun 2017 yang terdiri dari kelas air, wilayah terbangun, lahan pertanian & perkebunan, vegetasi, padang rumput, dan tanaman terendam. Tutupan lahan pada tahun 2017 didominasi oleh kelas wilayah terbangun yang memiliki luas sebanyak 21.790,01 ha, sedangkan penutupan lahan terendah pada kelas tanaman terendam dengan luas sekitar 345,5 ha.
Perubahan Tutupan Lahan di Kota Semarang Tahun 2022

Penutupan lahan diperoleh dari hasil analisis Interpretasi Citra dapat dilihat pada gambar di atas. Terdapat 7 jenis penutupan lahan pada tahun 2022 yang terdiri dari kelas air, wilayah terbangun, lahan pertanian & perkebunan, vegetasi, padang rumput, lahan kosong, dan tanaman terendam. Tutupan lahan pada tahun 2022 didominasi oleh kelas wilayah terbangun yang memiliki luas sebanyak 23.250,6 ha, sedangkan penutupan lahan terendah pada kelas lahan kosong dengan luas sekitar 24,82 ha.
Perubahan Curah Hujan Tahun 2017-2022

Hasil pengukuran diperoleh bahwa intensitas curah hujan di Kota Semarang pada tahun 2017 mencapai 0,5-1 mm/perhari yang didominasi oleh warna hijau muda.

Hasil pengukuran diperoleh bahwa intensitas curah hujan di Kota Semarang pada tahun 2022 mencapai 0,7-0,9 mm/perhari yang didominasi oleh warna hijau muda. Selain itu, terdapat daerah yang intensitas curah hujannya mencapai 0,9-1,1 mm/perhari.
Pembahasan
Luasan (Ha) Daerah Tutupan Lahan di Kota Semarang

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa luas tutupan lahan di Kota Semarang pada tahun 2017 dan 2022 terjadi perubahan di setiap tahunnya. Perubahan tutupan lahan yang terjadi pada tahun 2017 dan 2022 yakni terdapat peningkatan wilayah terbangun di Kota Semarang dan berkurangnya lahan pertanian dan perkebunan, padang rumput, dan tanaman terendam air (mangrove). Wilayah terbangun setiap tahun semakin bertambah yang disebabkan oleh adanya peningkatan pembangunan di Kota Semarang. Perubahan lahan pada kelas badan air semakin meningkat disebabkan oleh vegetasi yang semakin meningkat. Menurut Novianti et al., (2024) perubahan lahan yang terjadi di tahun 2019 dan 2022 yaitu badan air di tahun 2022 bertambah dari tahun 2019 yang disebabkan karena ada pembangunan embung sebagai badan air. Perubahan tutupan lahan sering kali dipicu oleh berbagai faktor, salah satunya yakni meningkatnya kepadatan penduduk di suatu daerah yang dapat menyebabkan perubahan penggunaan lahan yang lebih tinggi. Curah hujan di Kota Semarang pada tahun 2017 sebesar 0,5-1 mm/perhari, sedangkan pada tahun 2022 sebesar 0,7-0,9 mm/perhari. Pengaruh perubahan tutupan lahan akan mempengaruhi serapan air hujan di permukaan.
Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan didapatkan kesimpulan bahwa terjadi perubahan signifikan dalam tutupan lahan di Kota Semarang, dengan peningkatan yang signifikan pada daerah wilayah terbangun, badan air, dan vegetasi. Terdapat penambahan kelas pada tahun 2022, dimana menjadi 7 kelas yakni terdapat lahan kosong. Dengan demikian, harapan dari penelitian ini dapat memberikan manfaat penting dalam pemahaman perubahan tutupan lahan dan curah hujan di Kota Semarang
Daftar Pustaka
Al Javier, F. M., Pratama, R. A., Sukma, F. H., Kirani, N. S., Hadiwijaya, R. P. H., Berliana, A. J., Setyowati, R. W. W., Ramadani, R., Alzena, S. N., Trianto, I. dan Husna, V. N. 2023. Pengaruh Tutupan Lahan Terhadap Urban Index Kota Semarang. In Prosiding Seminar Nasional FISIP UNNES, 29-41.
BPS. 2021. Kota Semarang dalam angka 2022.
Dimara, A., Hamuna, B., dan Dimara, L. 2020. Pemanfaatan citra satelit Sentinel-2A untuk pemetaan habitat dasar perairan dangkal (Studi kasus: Teluk Humbolt, Kota Jayapura). Jurnal Ilmu Kelautan Dan Perikanan Papua, 3(1): 25-31.
Erlangga, G. 2013. Pengaruh Perubahan Tutupan Lahan Terhadap Ketersediaan Air di DAS Jlantah Hulu Kabupaten Karanganyar Tahun 2009-2013. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Novianti, T. C., Tridawati, A., dan Samri, A. S. 2024. Analisis Perubahan Tutupan Lahan Tahun 2013-2022 di Kota Semarang Menggunakan Google Earth Engine. Jurnal Tekno Global, 13(1): 21-27.
Puspitasari, N., dan Pradoto, W. 2013. Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Guna Lahan dan Pola Perkembangan Permukiman Kawasan Pinggiran (Studi Kasus: Daerah Gedawang, Kota Semarang). Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota), 2(3): 638–648.