Klasifikasi Zona Rawan Bencana pada Penentuan Jalur Evakuasi Gunung Berapi Gamalama di Kota Ternate

19 February 2025

By: Rizki Rifani Muhammad

Open Data

Tingkat Kerawanan

Open Data

Titik Kumpul

Open Data

Titik Akhir

Open Data

Jaringan Jalan

Open Data

Rute Evakuasi

Open Project

Klasifikasi Zona Rawan Bencana pada Penentuan Jaluar Evakuasi Optimal Gunung Berapi Gamala

Klasifikasi Zona Rawan Bencana pada Penentuan Jalur Evakuasi Gunung Berapi Gamalama di Kota Ternate

Frekuensi letusan gunung berapi gamalama pada tahun 1538 tercatat hingga 65 kali dengan rata-rata letusan setiap 5,5 tahun sekali. Hal ini berpotensi terdampak bahaya langsung dari peristiwa tersebut. Ketersediaan informasi peta area wilayah rentang bencana dan jalur evakuasi saat ini perlu dievaluasi kembali, mengingat konteks perubahan, pergeseran, serta kesadaran masyarakat terkait tanggap bencana. GIS adalah salah satu software yang mudah digunakan, dikelola untuk mengorganisasikan data geografis dengan cukup andal, cepat, dan akurat.

Dalam penelitian ini dilakukan pengolahan terhadap data vektor dan raster menggunakan teknik dan metode analisis spasial dalam algoritma SIG yaitu geometry editing vertices, merge features class, vectorized data, multiple ring buffer, slope classification, interpolasi idw, overlay intersect, klasifikasi berdasarkan aturan sturges untuk mengetahui zona kerawanan bencana dan network analyst. Data yang digunakan merupakan data sekunder bersumber dari Ina-Geoportal, RP2JM, Demnas, dan Chrips.

Melalui serangkain pengolahan data yang dilakukan diketahui terdapat 4 kelas zona kerawanan yang tersebar di setiap kecamatan area penelitian dengan nilai luas presentasi perbandingan tertinggi setiap kelas yaitu tingkat rendah di kecamatan Ternate Utara 1,60 km² (9,30%), tingkat sedang di Ternate Selatan 15,18 km² (69,62%), tingkat tinggi di Pulau Ternate 9,64 km² (19,04%), dan tingkat ekstrim di Ternate Tengah 2,38 km² (21,57%), dengan 68 jalur evakuasi.

Pendahuluan

Pulau Ternate yang terletak di provinsi Maluku Utara merupakan pulau vulkanik yang merupakan bagian dari tubuh gunung berapi Gamalama yang merupakan salah satu gunung berapi teraktif di Indonesia. Frekuensi letusan Gunung Gamalama pada tahun 1538 tercatat hingga 65 kali dengan rata-rata letusan setiap 5,5 tahun sekali. Pulau Ternate juga dekat dengan patahan laut Halmahera dan Sangihe yang aktif, yang pergerakannya relatif aktif dan sering menimbulkan gempa tektonik. Magnitudo maksimum gempa Halmahera dan Sangihe diperkirakan sebesar 8,1 Mw dan 7,9 Mw yang juga diperkirakan berpotensi menimbulkan tsunami (Tata Ruang ATR BPN, 2022).

Bahaya primer atau bahaya langsung dari peristiwa letusan gunung berapi. Bahaya ini dapat berupa aliran awan panas, lahar dari letusan atau lumpur panas, jatuhan piroklastik atau hujan abu, lelehan lava, serta gas vulkanik beracun (Lulu Lukyani, 2021).

Mitigasi bencana diperlukan untuk menanggulangi resiko kerugian, baik kerugian materil maupun jasmani. Sistem mitigasi untuk penanggulangan resiko bencana harus diupayakan terhadap masyarakat, salah satu indikator kesuksesan penanggulangan resiko tersebut adalah menggunakan optimalisasi perencanaan jalur evakuasi. Tujuannya, agar masyarakat dapat terselamatkan secara aman dengan singkat dari kawasan rawan bencana. Pemanfaatan jalur ini melalui lintasan jalan atau lingkungan yang secara singkat mampu meminimalisir kerugian sekaligus membentuk sikap tanggap darurat pada masyarakat (Firmansyah, 2010).

Pada saat erupsi Gunung Gamalama tanggal 8 Mei 2012, yaitu banjir lahar dingin hujan dengan frekuensi tinggi menyebabkan perluasan dan perpindahan peta zona rawan bencana (Firmansyah, 2010). Ketersediaan informasi terkait peta area wilayah rentang bencana dan jalur evakuasi saat ini perlu dievaluasi kembali, mengingat konteks perubahan, pergeseran, serta kesadaran masyarakat terkait tanggap bencana (Gibran, 2022).

Pemetaan daerah rawan bencana untuk menentukan jalur evakuasi dapat dilakukan dengan bantuan aplikasi SIG, hal ini dikarenakan kemudahan penggunaan dan pengelolaannya. GIS adalah salah satu software yang mudah digunakan, dikelola serta memiliki kemampuan untuk mengorganisasikan data geografis dengan cukup andal, terutama ketika diperlukan untuk membuat keputusan yang cepat dan akurat. Beberapa aplikasi SIG yang telah digunakan dalam studi kebencanaan adalah: pemetaan potensi bahaya, pembuatan area dan jalur evakuasi korban bencana, pemetaan risiko bencana (Setiyawidi, dkk, 2011).

Berdasarkan latar belakang penelitian bahwa sistem informasi geografis dalam pengolahan data dirumuskan masalah sebagai berikut untuk mengklasifikasikan daerah rawan bencana letusan Gunung Gamalama. mengidentifikasi titik berkumpul awal dan titik akhir evakuasi sementara dengan mempertimbangkan hasil klasifikasi daerah rawan, Membuat jalur evakuasi yang optimal dari keberangkatan yang telah diidentifikasi.

Tujuan dari penelitian ini adalah visualisasi data untuk peta area rawan bencana gunung berapi,

mengidentifikasi titik kumpul awal dan akhir evakuasi sementara , visualisasi data untuk peta jalur optimal untuk evakuasi.

Manfaat dari penelitian adalah dapat dijadikan acuan sementara untuk masyarakat ataupun instansi terkait dalam tanggap bencana, dapat dilakukan perbandingan dikemudian hari pada metode setelah adanya hasil pengolahan data spasial oleh instansi terkait, dan berkontribusi dalam program pemerintah yaitu Satu Data Indonesia dengan menambahkan data hasil pengolahan di situs webgis resmi Geo-Portal Maluku Utara atau situs lainnya yang terkait.

Metode Penelitian

Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Gunung Gamalama, Kota Ternate, Secara geografis lokasi dari Kota Ternate terletak pada koordinat 0° 46′ 48″ Lintang Utara, 127° 22′ 12″ Bujur Timur. Total luas lokasi penelitian ini adalah 250,85 km².

MAPID Batch 8 - Final Project - Rizki Rifani Muhammad - Lokasi Penelitian

Diagram Alir Penelitian

MAPID Batch 8 - Final Project - Rizki Rifani Muhammad - Diagram Alir Penelitian

Penjelasan diagram alir penelitian :

Studi Literatur

Mengumpulkan informasi parameter dan nilai faktor yang mempengaruhi suatu zona dikatakan rawan bencana dan mempelajari pemanfaatan analisis SIG dalam mengklasifikasi kelas informasi

Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada penelitian ini bersumber dari Ina-Geoportal dengan skala 1:50.000 berformat data vektor, RPI2JM Provinsi Maluku Utara tahun 2014 dengan skala 1:50.000 berformat data vektor, website demnas dengan skala 1:50.000 berformat raster, dan chrips dengan resolusi spasial 0,05⁰ (per piksel) dan berformat raster.

Penglolahan Data

Dalam proses pengolahan data menggunakan perangkat lunak Arcgis Pro 3.0 dengan tools spatial analyst dan network analyst yang tersedia didalamnya yaitu pada data vektor batas administrasi dilakukan editing vertices untuk area penelitian, untuk data pemukiman & tempat kegiatan, agri kebun non agri alang, hutan kering, & semak belukar dilakukan penggabungan data (merge) dan editing field attribute untuk menghasilkan kelas informasi penggunaan lahan, untuk data jaringan sungai dilakukan metode spasial analisis multiple ring buffer dan editing field attribute untuk menghasilkan kelas informasi jarak sungai, untuk format data png geologi dan geomorfologi dilakukan vectorized data atau digitasi dan editing field attribute untuk menghasilkan kelas informasi geologi dan geomorfolofi, untuk data raster demnas dilakukan analisis spasial raster classification atau slope dan reclassify nilai untuk mengetahui kelas informasi kemiringan lereng, Untuk data raster curah hujan atau chirps dilakukan analisis spasial interpolasi dengan metode idw dan reclassify nilai untuk mengetahui kelas informasi curah hujan. Selanjutnya data setiap kelas informasi dilakukan overlay (intersect) dan klasifikasi untuk distribusi nilai berdasarkan aturan rumus sturges. Identifikasi sebaran fasilitas umum dilakukan dengan memperhatikan hasil klasifikasi zona kerawanan, citra imagery, dan berdasarkan pedoman BPBN dilakukan dengan cara menambahkan informasi pada field attribute yaitu assembly dan shelter pont. Terakhir pada data jaringan jalan dilakukan validate topology agar memenuhi syarat dalam network analys (closest facility)

Visualisasi Peta

Visualisasi dilakukan pada nilai hasil overlay (intersect) dari setiap data kelas informasi yang digunakan, identifikasi assembly dan shelter point, dan network analyst atau jalur optimal untuk evakuasi.

Hasil dan Pembahasan

Hasil Klasifikasi Zona Rawan Bencana dan Jalur Optimal Untuk Evakuasi

Dalam hasil pengolahan dan perhitungan nilai menggunakan data hasil klasifikasi setiap paramater kelas informasi kemudian dilakukan analisis tumpang susun dan pemotongan setiap kelas informasi yaitu penggunaan lahan, jarak sungai, geologi, geomorfologi, kemiringan lereng, dan curah hujan menggunakan tools spatial analisis overlay (intersect). dan dilakukan perhitungan interval kelas dengan rumus sturges untuk distribusi frekuensi menggunakan fitur attribute table, hasil yang diperoleh adalah 233 nilai interval yang merupakan nilai dari hasil pengurangan jumlah total skor kelas informasi tertinggi dan terendah, banyak kelas 3,56 dibulatkan menjadi 4 kelas, dan panjang interval kelas 58, dengan uraian klasifikasi distribusi nilai jumlah total skor diantaranya yaitu nilai 132 – 190 merupakan kelas 1 tingkat kerawanan rendah, 191 – 250 kelas 2 tingkat kerawanan sedang, 251 – 309 kelas 3 tingkat kerawanan tinggi, dan 310 – 365 kelas 4 tingkat kerawanan ekstrim. Untuk menghasilkan klasifikasi tingkat kerawanan nilai hasil perhitungan tersebut dilakukan input nilai field pada attribute table dan dilakukan pengatuan symbologi untuk menghasilkan visualisasi klasifikasi zona rawan bencana.

MAPID Batch 8 - Final Project - Rizki Rifani Muhammad - Hasil Klasifikasi Zona Kerawanan MAPID Batch 8 - Final Project - Rizki Rifani Muhammad - Peta Zona Kerawanan

Dari hasil pengolahan klasifikasi area kerawanan bencana gunung berapi gunung gamalama yang telah dilakukan pada penelitian ini yang ditunjukan pada gambar 3, diperoleh hasil nilai luas tingkat kelas kerawanan bencana gunung berapi gamalama yaitu kerawanan rendah 5,8 km² (5,76%), kerawanan sedang 66,28 km² (65,83%), kerawanan tinggi 15,79 km² (15,68%), dan kerawanan ekstrim 8,98 km² (8,92%). Dengan luas area tingkat kerawanan yang tersebar di setiap kecamatan.

MAPID Batch 8 - Final Project - Rizki Rifani Muhammad - Hasil Klasifikasi Zona Kerawanan di Setiap Kecamatan

Pada gambar 4 diatas diketahui sebaran setiap tingkat kerawanan yang tersebar disetiap kecamatan area yang memiliki nilai tingkat kerawanan tinggi yaitu pada Ternate Tengah 2 km² (21,57%), Ternate Selatan 4 km² (17,81%),Ternate Utara 2 km² (9,71%), dan Pulau Ternate 1,04 km² (2,06%), perbandingan terhadap luas kecamatan.

Dari hasil penentuan titik kumpul awal (assembly point) dan titik akhir evakuasi pengungsian (shelter point) yang telah teridentifikasi diperoleh 68 titik kumpul awal, dan 21 titik kumpul akhir evakuasi pengungsian yang merupakan data vektor shp sebaran fasilitas umum di Kota Ternate. Berikut adalah detail titik yang teridentifikasi.

Dari hasil pengolahan analisis rute optimal yang telah dilakukan pada penelitian ini diperoleh hasil rute optimal terdekat dari titik kumpul sementara (assembly point) ke titik akhir evakuasi pengungsian (shelter point) yang merupakan titik sebaran fasilitas umum dan diketahui sebanyak 68 rute dari titik awal kumpul sementara, ke 16 titik akhir evakuasi yang tesebar di setiap kecamatan.

Berikut adalah hasil visualisasi nilai untuk peta klasifikasi zona rawan bencana dan jalur optimal untuk evakuasi.

MAPID Batch 8 - Final Project - Rizki Rifani Muhammad - Hasil Visualisasi Nilai Klasifikasi Zona Kerawananan dan Jalur Optimal Evakuasi

Kesimpulan

Diketahui zona atau area tingkat kerawanan letusan gunung berapi gamalama yang tersebar di setiap kecamatan berdasarkan jumlah luas dengan persentasi tingkat kerawanan tertinggi terhadap luas setiap kecamatan diperoleh hasil klasifikasi zona rawan bencana gunung berapi gamalama yaitu tingkat rendah berada pada kecamatan Ternate Utara, tingkat sedang berada pada kecamatan Ternate Selatan, tingkat tinggi berada pada kecamatan Pulau Ternate, dan tingkat ekstrim berada pada kecamatan Ternate Tengah

Adapun assembly dan shelter point merupakan fasilitas umum dan teridentifikasi berdasarkan acuan pedoman BPBN, pengamatan citra imagery, dan hasil klasifikasi kerawanan diperoleh 68 titik kumpul awal dan 21 titik akhir evakuasi pengungsian sementara yang akan digunakan dalam menganalisis jalur optimal. Dari hasil pengamatan citra imagery sebagian besar rute merupakan jalan utama dengan akses mobilisasi yang mudah bagi penolong dan korban

Rute optimal yang diperoleh dalam network analyst (closest facility) diketahui terdapat 68 jalur optimal yang dapat dilalui oleh penolong dan korban dalam upaya mitigasi bencana yang menghubungkan 68 titik awal kumpul sementara (assembly point) dengan 16 titik akhir evakuasi pengungsian (shelter point) dan merupakan titik atau area fasilitas umum yang tersebar di setiap kecamatan area tingkat kerawanan bencana.

Daftar Pustaka

  • Ariansa, Dhiniati, F, Sari L, E, D, 2020, Pemetaan Jalur Evakuasi Gunung Merapi Dempo Kota Pagar Alam Menggunakan Aplikasi Sistem Informasi Geografis, Jurnal Ilmiah Bering’s, Vol. 7, No. 2, hal. 55- 61.
  • Arsyad, S, 1989, Konservasi Tanah dan Air, Penerbit ITB, Bandung.
  • Astuti, S, N, 2013, Persepsi Dampak Perubahan Administrasi Wilayah Terhadap Sosial Ekonomi dan Sosial Budaya Masyarakat Kecamatan Bukit Intan Kota Pangkal Pinang, Skripsi, Jurusan Geografi dan Ilmu Lingkungan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
  • Badan Pusat Statistik (BPS), 2018, Kecamatan Kemalang Dalam Angka 2018, BPS Kabupaten Klaten, Klaten.
  • Bronto, S, 2013, Geologi Gunung Api, Badan Geologi - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Bandung.
  • Budiyanto, E. (2010). Sistem Informasi Geografis dengan ArcView GIS. Yogyakarta: Penerbit Andi.
  • Denis, Budkov. “Magma.” National Geographic Society, 4 August 2022, https://education.nationalgeographic.org/resource/magma. Accessed 15 September 2022.
  • Dibyosaputra, S, 1998, Geomorfologi Dasar, Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
  • Direktorat Jenderal Penataan Ruang. (2007). Pedoman Penataan Ruang Kawasan Rawan Letusan Gunung Berapi Dan Kawasan Rawan Gempa Bumi (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 21/PRT/M/2007. Jakarta: Departemen Pekerjaan Umum.
  • Djalil, A, G, Sela, R, L, E, & Tilaar, S, 2015, Evaluasi Peruntukan Lahan Dan Pemetaan Zonasi Tingkat Risiko Bencana Letusan Gunung Api Gamalama Di Kota Ternate (Studi Kasus : Gunung Api Gamalama, Kota Ternate), Hasil Penelitian, Program Studi Perencanaan Wilayah & Kota, Jurusan Arsitektur Universitas Sam Ratulangi.
  • Gaudensia, Dedy, K, Feny, A, 2018, Pemetaan Jalur Evakuasi Tsunami Dengan Metode Network Analisis (Studi Kasus : Kota Maumere), Hasil Penelitian, Teknik Geodesi, Fakultas Teknik sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Nasional Malang.
  • Gibran, 2021, BPBD Kota Ternate Berencana Revisi Peta Rawan Bencana, https://indotimur.com/ternate/bpbd-kota-ternate-berencana-revisi-peta-rawan-bencana
  • Hadi, M, P. (1992). Laporan Penelitian Aplikasi Sistem Informasi Geografis untuk Mitigasi Banjir Lahar dan Longsoran Lava pada Lereng Selatan Gunungapi Merapi. Yogyakarta: Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada (UGM).
  • Hadisantono, R, D., A D Sumpena. dan Pudjowarsito. (1999). Proyek Penyelidikan dan Pengamatan Gunungapi, Pemetaan Zona Risiko Bahaya Gunungapi Tangkubanparahu, Jawa Barat. Bandung: Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG).
  • Handoko, 1994, Klimatologi Dasar, Pustaka Jaya, Bogor.
  • Hartoyo, G, M, E, Nugroho, Y, Bhirowo, A, & Khalil, B, 2010, Modul Pelatihan Sistem Informasi Geografis (Sig) Tingkat Dasar, Tropenbos International Indonesia Programme, Balikpapan.
  • Ika, 2018, Terletak di Tiga Pertemuan Lempeng, Palu Rawan Gempa, https://ugm.ac.id/id/berita/17134-terletak-di-tiga-pertemuan-lempeng-palu-rawan-gempa
  • Ikqra, Tjahjono, B, & Sunarti, E, 2012, Studi Geomorfologi Pulau Ternate dan Penilaian Bahaya Longsor, Jurnal Tanah Lingkungan, vol. 14, no. 1, hal. 1-6.
  • Khusniani, 2021, Gunung Merapi Meletus, https://kompaspedia.kompas.id/baca/data/foto/gunung-merapi-meletus
  • La Masinu, A, Riva, M, & La Mane, D, 2018, Fenomena Gunungapi Gamalama Terhadap Dampak Aliran Lahar, Jurnal Pendidikan Geografi, Vol. 2, No. 23, hal. 113-121
  • Lulu Lukyani, 2021, 3 Jenis Bahaya Letusan Gunung Berapi, https://www.kompas.com/sains/read/2021/12/05/193200323/3-jenis-bahaya-letusan-gunung-berapi-di-indonesia?page=all&jxconn=1*79lew9*other_jxampid*OGdRSjVEMzdfaXFXZDlITVdHLWRPNEYzRjNoSHdnVmVCWHBPbEx3UkVxM2NnQkExVEJKbVE3cl9ZZXdzWDV1Sw..#page2
  • Macdonald, G, A, 1972, Volcanoes, Prentice-Hall, Englewood Cliffs, New Jersey.
  • Malingreau, J, P, 1977, Apropose Land Cover/Land Use Classification and its Use with Reomte Sensing Data in Indonesia, The Indonesian Journal of Geography, Vol 7, No. 33.
  • Mananoma Tiny & Legono Djoko, 2007, Migrasi Sedimen Akibat Picuan Hujan, Skripsi
  • Nugroho, Ardian, J, Sukojo, M, B, & Sari, L, I, 2009. Pemetaan Daerah Rawan Longsor dengan Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis (Studi Kasus: Hutan Lindung kabupaten Mojokerto). Hasil Penelitian, Institut Teknologi Surabaya, Surabaya.
  • Rayes, Luthfi M, 2007, Metode Investarisasi Sumber Daya Alam, Penerbit Andi, Yogyakarta.
  • Ruddy A. Rahman, 2010, Identifikasi Tingkat Resiko Bencana Letusan Gunungapi Serta Arahan Mitigasi Bencana Di Wilayah Kota Ternate, Jurusan Teknik Planologi Fakultas Teknik Universitas Pasundan, Skripsi
  • Sekretariat Dirjen Tata Ruang, 2022, Saatnya Sobat Tata Ruang Berkontribusi, Konsultasi Publik Online Rdtr Pulau Ternate Dibuka Umum, https://tataruang.atrbpn.go.id/Berita/Detail/4132
  • Setiyawidi, Setiawan, I, & Somantri, L, 2011, Pemanfaatan Sistem Informasi Geografis Untuk Zonasi Tingkat Kerawanan Bencana Letusan Gunung Api Tangkubanparahu, Jurnal Geografi GEA, Vol. 11, no. 2, hal. 209-225.
  • Sirait, Stephani. “Sungai: Pengertian, Jenis, Manfaat.” Forester Act, https://foresteract.com/sungai/. Accessed 15 September 2022.
  • Stevany, D, Suprayogi, A, & Sukmono, A, 2016, Pemetaan Jalur Evakuasi Bencana Letusan Gunung Raung dengan Metode Network Analisis, Jurnal Geodesi Undip, Vol. 5, No. 4, hal. 91-100.
  • Syah, M, W, & Hariyanto, T 2013, Klasifikasi Kemiringan Lereng dengan Menggunakan Pengembangan Sistem Informasi Geografis Sebagai Evaluasi Kesesuaian Landasan Pemukiman Berdasarkan Undang-Undang Tata Ruang Dan Metode Fuzzy (Studi Kasus: Donggala, Sulawesi Tengah), Jurnal Teknik Pomits, Vol. 10, No. 10, hal. 1- 6.

Data Publications

Analisis Jangkauan Transportasi di Sekitar Destinasi Wisata Kota Bogor dengan Pendekatan Isochrone Zona 500m, 1000m, dan 2000m

Transportation

02 Apr 2025

Nadiyah hasnah

Analisis Jangkauan Transportasi di Sekitar Destinasi Wisata Kota Bogor dengan Pendekatan Isochrone Zona 500m, 1000m, dan 2000m

Proyek ini bertujuan untuk menganalisis jangkauan transportasi di sekitar destinasi wisata Kota Bogor menggunakan pendekatan isochrone dengan zona 500m, 1000m, dan 2000m. Analisis ini akan membantu dalam memahami aksesibilitas transportasi publik dan infrastruktur jalan terhadap titik-titik wisata utama, sehingga dapat digunakan sebagai dasar perencanaan dan pengembangan sistem transportasi yang lebih inklusif dan efisien.

9 min read

188 view

1 Projects

Pemetaan Daerah Rawan Banjir di Kabupaten Sambas Menggunakan Sistem Informasi Geografis

Climate & Disaster

02 Apr 2025

Aditya Tri Pradipta

Pemetaan Daerah Rawan Banjir di Kabupaten Sambas Menggunakan Sistem Informasi Geografis

Banjir: bencana alam yang sering terjadi akibat curah hujan tinggi, topografi rendah, dan rendahnya kemampuan infiltrasi tanah.

27 min read

298 view

1 Projects

Pemetaan Grid Kerentanan Ekonomi Masyarakat terhadap Wilayah Rawan Bencana Banjir di Jakarta Utara

City Planning

07 Mar 2025

Gibson Nainggolan

Pemetaan Grid Kerentanan Ekonomi Masyarakat terhadap Wilayah Rawan Bencana Banjir di Jakarta Utara

Publikasi ini membahas pemetaan Grid Kerentanan Ekonomi terhadap Wilayah Rawan Bencana Banjir di Jakarta Utara menggunakan platform MAPID ID. Dengan location analytics, berbagai sektor ekonomi seperti layanan kesehatan, ritel, industri, dan transportasi dianalisis berdasarkan tingkat risiko banjir. Hasil pemetaan ini memberikan wawasan bagi pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat untuk meningkatkan kesiapsiagaan serta mitigasi dampak ekonomi akibat banjir.

5 min read

530 view

1 Data

1 Projects

Penentuan Lokasi LRT yang Terintegrasi dari Stasiun Kertapati ke Stasiun Bandara Sultan Mahmud Badarudin II

Transportation

20 Feb 2025

Ikha Prasetiyani

Penentuan Lokasi LRT yang Terintegrasi dari Stasiun Kertapati ke Stasiun Bandara Sultan Mahmud Badarudin II

Sistem transportasi efisien penting bagi perkembangan perkotaan, mempercepat pembangunan sosial ekonomi dan mobilitas. LRT jadi solusi meminimalisir kemacetan dan efisiensi waktu tempuh rute Kertapati-Bandara SMB II. Stasiun LRT yang terintegrasi dari Stasiun KA Kertapati - Bandara SMB II akan memudahkan keterjangkauan dan mengefektifkan waktu tempuh menuju bandara. Terutama bagi penduduk di luar wilayah Kota Palembang.

10 min read

356 view

Terms and Conditions
Introductions
  • MAPID is a platform that provides Geographic Information System (GIS) services for managing, visualizing, and analyzing geospatial data.
  • This platform is owned and operated by PT Multi Areal Planing Indonesia, located at
  • mapid-ai-maskot